TUGAS ANALISIS NOVEL
N.I.M : 11.53.0070
Fakultas : FKIP ( Bahasa Indonesia )
Dosen : Hj. Sutriyati, S.Pd
1. Identitas Novel
Judul Novel : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata Seman Said Harun
Penerbit : Bentang Pustaka
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2007
Tebal halaman : 533 halaman
2. Isi Novel :
1).unsur interistik
1).unsur interistik
A. Tema
Persahabatan
sepuluh anak yaitu Ikal, Mahar, Lintang, Harun,
Syahdan, Akiong, Trapani, Borek, Kucai, dan satu-satunya wanita di kelas mereka
Sahara. Mereka ingin bersekolah di sekolah Muhammadiyah.
B. Alur
Jenis Alur
- Beralur gabungan, alur maju terjadi pada saat Ikal ingi bersekolah di seolah Muhammdiyah dan alur mundur terjadi pada saat Ikal menceritakan masa kecilnya kepada Sahara.
Bagian-bagian Alur
- Pengenalan dalam novel ini pada saat dimulainya tokoh utama ingin bersekolah di Muhammadiyah.
Contoh kalimat : “Mereka
adalah seorang bapak tua sabar, Bapak K.A Efendy dan seorang wanita berjilbab
Bu Mus namanya”.
- Pengenalan kedua dalam novel ini terjadi pada saat bertemu dengan teman sekelas di sekolah Muhammdiyah.
Contoh kalimat : “Oh, ini yang
namanya Lintang, namanya yang sedikit aneh”, Borek tertawa terbahak-bahak.
- Konflik dalam novel ini dimulai saat sekolah yang menjadi dambaan anak-anak Laskar Pelangi akan digusur karena tidak memenuhi syarat yaitu harus memiliki siswa minimal 10 orang.
Contoh kalimat : “jika sampai jam 11
kita tak mendapatkan 1 siswa lagi tamatlah riwayat kita pak “.
- Konflik kedua dalam novel ini terjadi pada saat tokoh utama tidak dapat bersekolah lagi di sekolah Muhammdiyah.
Contoh kalimat : belitong kembali
dilanda ironi yang besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena
alasan biaya dan nafkah keluarga.
- Klimaks dalam novel ini terjadi pada saat anak-anak laskar pelangi harus melawan sekolah PN yang sudah jauh lebih maju.
Contoh kalimat : “jika kalian ingin
sekolah ini tidak digusur, menagkanlah perlombaan itu dan bawalah piala ke desa
rawa rontek ini”.
- Klimaks kedua terjadi pada saat sekolah Muhammdiyah yang menjadi dambaan di tutup.
Contoh kalimat : Muhammdiyah
akhirnya ditutup karena sudah tidak bisa membiayai dirinya sendiri.
- Anti Klimaks dalam novel ini terjadi pada saat mereka memenangkan perlombaan tersebut walaupun dengan usaha yang begitu sulit.
Contoh kalimat : “ayo terus menari
har, hiraukan mereka”.
- Anti Klimaks kedua dalam novel ini terjadi pada saat warga desa menggalang dana untuk pembukaan kembali sekolah Muhammdiyah.
Contoh kalimat : “Pak Efendy jangan
khawatir kami siap membantu sekolah Muhammdiyah dengan cara apapun”.
- Peleraian dalam novel ini terjadi pada saat mereka bias terus bersekolah karena dapat memenangkan perlombaan seni itu.
Contoh kalimat : “Horeee… kan sudah
aku bilang , ini panggilan kemenangan kita”.
- Peleraian kedua dalam novel ini terjadi pada saat anak laskar pelangi yang telah bekerja membantui menggalang dana juga.
Contoh kalimat : anak laskar pelangi
yang sudah bekerja menggalangkan dana untuk membantu membuka kembali sekolah
muhammiyah dan memperbaikinya.
- Penyelesaian dalam novel ini terjadi pada saat mereka bersekolah dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan hasil yang mereka harapkan.
Contoh kalimat : “alhamdullilah,
Ikal dan Lintang sudah mendapatkan pekejaan yang layak terima kasih Bu Mus”,
Ucap Ayah Lintang dengan tersenyum.
C. Penokohan
Tokoh
- Aku sebagai Ikal
- Ayahku/ayah Ikal
- Pak K.A Harpan Noor
- Ibu N.A Muslimah Hasfari
- Lintang
- Trapani
- Kucai
- Sahara
- Akiong
- Harun
- Borek
Penggambaran Tokoh
- Secara Langsung
- “Memang bersemangat sekali ya pak?” tegur Bu Mus kepada Pak Noor”.
- Lintang sungguh rajin ya buk, mudah-mudahan ia dapat menjadi pernerus kita nantinya.
- Bapak K.A Harfan itu benar-benar sabar menghadapi siswanya.
- Secara tidak langsung
Melalui Dialog
- “Aku akan tetap bersekolah disini rek”, jawab Ikal dengan suara keras. (Ikal berwatak berpendirian)
- “Aku sudah pernah membaca buku itu bukan aku tidak suka”. Demikian komentar akiong encari penyakit. (Akiong berwatak Sombong)
- “Diam dan simaklah panggilan kemenangan itu”. Sahara dan Ikal mendeng Lintang berkata seperti ini. (Lintang berwatak bersemangat)
- “kalau dia bias berubah menjadi burung bayan, tak perlu kita susah-susah seperti ini”. Desah Kucai terengah-engah. (Kucai berwatak banyak bicara)
- “Berbahaya ? kalau tak dicoba siapa yang tahu”. Tanya balik Borek. (Borek berwatak ingin tahu)
- “Sudah 3 jam kita disini, lebih baik kita pergi saja”. Mahar menasihati Lintang. (Mahar berwatak mudah menyerah)
- Trapani berbisik “besok pulang bersama lagi ya ?” (Trapani berwatak manja)
- “Semua Pria brengsek ! egois !!!” katanya ketus. ( Sahara berwatak emosi)
Melalui Fisik
- Bapak K.A Harfan Efendy Noor yang berwajah sabar sedang duduk disamping sekolah.
- Seorang wanita berjilbab dan tinggi itu Nampak berkilau ditengah kerumunan orang.
- Wanita berkalung sorban itu melirik kami dengan pandangan jijik.
Melalui Jalan Pikiran
- “Bisa diakalin nih anak”. Borek sinis.
- “Bagus dengan begini aku bisa menag dalam perlombaan itu”, pikir Akiong dalam hati.
Melalui Masalah
- “Sudah menyerah ya ? semangat dong”, ujar lintang.
- “Saya akan berusaha mencari siswa lagi pak” Bu Mus bergegas.
Perwatakan
- Protagonis : Ikal, Ayah, Pak Noor, Bu Mus, Lintang, Trapani, Kucai, Sahara, Harun.
- Antagonis : Borek
- Tritagonis : A kiong
D. Amanat
- Janganlah menyerah, hiraukan orang yang mengganggumu, teruslah berjalan jika menurutmu itu benar.
- Dari bersekolah dengan sungguh-sungguh cita-cita akan tercapai walaupun dengan usaha yang sulit.
E. Latar
Latar Tempat
- Di sekolah
Contoh kalimat : “Borek lagi tidur
tuh di kelas”. Sahut Lintang.
- Di bawah Pohon
Contoh kalimat : “Pohon ini begitu
teduh rek, mudah-mudahan emosi kau bisa seperti ini”. Oceh Lintang.
- Di gua
Contoh kalimat : “kalau begitu ayo
kita turun kesana, walaupun gelap kita dapat menemukan glo di gua itu !”
- Di rumah
Contoh kalimat : “lagi membersihkan
halaman rumah”, sahut Lintang.
Latar Suasana
- Menyenangkan
Contoh kalimat : “Horeee… kan sudah
aku bilang, ini adalah panggilan kemenangan kita”.
- Menegangkan
Contoh kalimat : “Kalau kita tak
mendapatkan 1 siswa lagi sampai jam 11 siang ini tamatlah riwayat sekolah ini
buk”.
- Menyedihkan
Contoh kalimat : “Baru 9 orang
pamanda guru, sekolah ini akan digusur jika kita tak mendapatkan 1 siswa lagi”.
Latar Waktu
- Siang hari
Contoh kalimat : “Kita tunggu aja
sampai jam 11 siang mudah-mudahan ada 1 siswa lagi yang mendaftar”.
- Pagi hari
Contoh kalimat : “Persis pada saat
matahari terbit mereka bergegas pergi ke sekolah Muhammdiyah”.
F. Pusat Pengisahan
Orang pertama tunggal sebagai tokoh
utama.
G. Gaya Bahasa
Majas Hiperbola
- Kami menari seperti dirasuki roh Lucifer si raja hantu.
- Namun tak lama kemudian antara tidur dan terjaga aku mendengar suara gemericik air seperti jutaan semut berdatangan.
Majas pras protato
- “Saya belum melihat batang hidungnya”, Borek bertingkah.
Majas Satire
- “Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!”, Bu Mus menyindir.
- Ibunda guru harus tahu anak-anak ini kelakuannya seperti setan.
Majas Enumarasio
- Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis, itulah keindahan sejati.
Majas Personifikasi
- Buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual.
Simploke
- “Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku”. Borek sinis.
2.
Unsur Ekstrinsik
- Keadaan ekonomi pengarang tergolong menengah ke atas karena dilihat dari segi cerita yang ada dalam novel. Disamping itu, gaya bahasa yang digunakan juga menunjukkan status sosialnya.
- Budaya Pengarang merupakan seorang yang tekun bekerja. Pengarang menempatkan karirnya diposisi pertama tapi itu didukung oleh papa dan mamnya.
- Sosial pengarang berpihak kepada orang-orang menengah kebawah termasuk orang miskin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar